KATA PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadiran Allah Swt, berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang TELAAH
“KONSTRUKSI TEORI” PENELITIAN AGAMA tepat pada waktunya. Selanjutnya selawat
dan salam kepada Nabi Muhammad Saw. Yang telah membawa kita dari alam kebodohan
kea lam yang penuh pengetahuan.
Dalam
menyusun makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan sebagai mana
mestinya. Ini semua dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengalaman yang kami
miliki. Oleh karena itu saran dan bimbingan kami harapkan dari semua pihak
untuk menyempurnakan makalah kami.
Akhir
kata semua makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat untuk pembaca semua.
Bireuen, 01 November 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
A.
Latar Belakang Masalah................................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah........................................................................................................... 1
C.
Tujuan Masalah............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................. 2
A. “Konstruksi Teori” Penelitian Agama............................................................................ 2
B. Macam-Macam Penelitian Agama.................................................................................. 3
C. Langkah-Langkah Pokok Penyusunan Draft Penelitian
Dan Pengkajian Islam............. 7
D. Pendekatan Yang Digunakan......................................................................................... 11
BAB III PENUTUP...................................................................................................................... 13
Kesimpulan........................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kehadiran
agama islam yang dibawa oleh nabi Muhammad Saw diyakini bahwa dapat menjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamya
terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyingkapi
hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas-luasnya.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana
terdapat dalam sumber ajarannya, Al-quran dan hadist nampak amat ideal dan agung.
Islam
mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran
melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam
memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian
social, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada
kualitas, egaliter, kemitraan, anti feodalistik, mencintai kebersihan,
mengutamakan persaudaraan, beraklak mulia dan sikap-sikap positif lainnya.
Namun kenyataan islam sekarang menampilkan keadaan yang lebih jauh dari cita
ideal tersebut. Ibadah yang dilakukan umat islam seperti shalat, puasa, zakat,
haji dan sebagainya hanya berhenti pada sebatas membayar kewajiban dan menjadi
lambang kesalehan, sedangkan buah dari ibadah yang berdimensi kepedulian social
sudah Nampak berkurang. Di kalangan masyarakat telah terjadi kesalahpahaman
dalam memahami simbol-simbol keagamaan itu, maka agama lebih dihayati sebagai
penyelamat individu dan bukan sebagai keberkahan social secara bersama.
B. Rumusan masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makakalah
ini adalah sebagai berikut:
1. pengertian “konstruksi teori” penelitian agama
2. macam-macam penelitian
3. langkah-langkah pokok penyusunan draft penelitian
dan pengkajian islam
4. pendekatan yang digunakan
C. Tujuan makalah
Tujuan
penulisan makalah ini adalah pembaca dapat terbawa untuk memiliki wawasan yang
utuh dan integral tentang islam dan pengembangannya dan diharapkan untuk dapat
menunjukkan dengan jelas tentang bagaimana ajaran islam itu seharusnya
dipahami.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian “Konstruksi Teori” Penelitian Agama
konstruksi
adalah cara membuat (menyusun) bangunan-bangunan (jembatan dan sebagainya); dan
dapat pula berarti susunan dan hubungan kata di kalimat atau dikelompok kata.
Sedangkan teori berarti pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan
mengenai suatu peristiwa(kejadian); dan berarti pula asas-asas dan hukum-hukum
umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan. Konstruksi
teori adalah susunan atau bangunan dari suatu pendapat, asas-asas atau hukum
mengenai sesuatu yang antara satu dan lainnya saling berkaitan, sehingga
membentuk suatu bangunan.
Adapun
penelitian berasal dari kata teliti yang artinya cermat, yang artinya seksama
dan teliti, dan dapat pula berarti penyelidikan. Tujuan penelitian ini adalah
mencari kebenaran-kebenaran objektif yang disimpulkan melalui data-data yang
terkumpul. Kebenaran-kebenaran objektif yang diperoleh tersebut kemudian
digunakan sebagai dasar atau landasan untuk pembaruan, perkembangan atau
perbaikan dalam masalah-masalah teoretis dan praktis bidang-bidang pengetahuan
yang bersangkutan.[1]
Agama
ialah kepercayaan kepada tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan
dengan Dia melalui upacara, penyembahan dan permohonan, dan membentuk sikap
hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu.[2]
Beberapa
ahli mencoba mendefinisikan agama, yaitu:
·
R.R. Marett salah seorang ahli
antropologi inggris, mengatakan bahwa agama adalah yang paling sulit dari semua
perkataan untuk didefinisikan karena agama menyangkut lebih daripada hanya
pikiran, yaitu perasaan dan kemauan juga, dan dapat memanifestasikan dirinya
menurut segi-segi emosionalnya walaupun idenya kabur.
·
E.B. Taylor mendefinisikan agama adalah
kepercayaan terhadap kekuatan gaib.
·
J.G. Frazer mendefinisikan agama adalah
suatu ketundukan atau penyerahan diri kepada kekuatan yang lebih tinggi
daripada manusia yang dipercaya mengatur dan mengendalikan jalannya alam dan
kehidupan manusia.
·
Frazer mengatakan bahwa agama terdiri
dari dua elemen, yakni yang bersifat teoretis dan bersifat praktis. Yang
bersifat teoretis berupa kepercayaan kepada kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi
daripada manusia, sedangkan yang bersifat praktis ialah usaha manusia untuk
tunduk kepada kekuatan-kekuatan tersebut serta usaha mengembirakannya.
·
Harun Nasution, Guru besar Filsafat dan
Teologi Islam, berdasarkan analisisnya terhadap berbagai kata yang berkaitan
dengan agama yaitu al-din,religi dan
agama itu sendiri sampai pada kesimpulan bahwa intisari yang terkandung dalam
istilah-istilah di atas ialah ikatan. Agama mengandung arti ikatan-ikatan yang
harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh yang besar
sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan ini berasal dari suatu
kekuatan yang lebih tinggi daripada manusia.
Dari
definisi-definisi tersebut, Harun Nasution selanjutnya menyebutkan adanya empat
unsur penting yang terdapat dalam agama,
yaitu:
1. unsur kekuatan gaib
yang dapat mengambil bentuk dewa, tuhan, dan sebagainya;
2.
unsur keyakinan manusia bahwa kesehjateraannya di duniaini dan hidupnya di
akhirat nanti amat bergantung kepada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud;
3.
unsur respons yang bersifat emosional dari manusia yang dapta mengambil bentuk
perasaan takut, cinta, dan sebagainya;
4.
unsur paham adanya yang kudus(sacred) dan suci yang dapat mengambil bentuk
kekuatan gaib, kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan, dan
dalam bentuk tempat-tempat tertentu.
Jika kaum antropolog, sosiolog, dan sebagainya
mendefinisikan agama demikian sulit dan bermasalah, tidak demikian halnya bagi
orang-orang yang memeluk agama samawi. Bagi pemeluk agama samawi, agama
memiliki kriteria yang jelas karena telah disebutkan dalam kitab-kitab sucinya
dan agama bukan ciptaan manusia, melainkan berasal dari tuhan, sehingga
asal-usulnya tidak bersumber pada kondisi dan situasi alam sekitar atau
masyarakat.
Agama samawi memiliki ciri-ciri antara lain:
1.
Berasal dari tuhan. Karena tuhan maha benar, agama pun mutlak benar;
2.
Diperuntukkan bagi orang-orang yang
berakal;
3.
Dianut berdasarkan pilihan dan kemauannya sendiri;
4.
Menawarkan kebaikan hidup didunia dan kebahagian hidup di akhirat.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa
yang termasuk dalam kelompok agama wahyu ini adalah agama yahudi, Nasrani dan
Islam. Namau dalam kenyataan yang sebenarnya islam adalah satu-satunya agama
samawi. Bagaimana halnya dengan agama yahudi dan nasrani?. Dalam bentuknya yang
asli (dalam bentunya yang dulu ketika diturunkan masing-masing kepada nabi Musa
a.s. dan Isa a.s.) keduanya (yahudi dan nasrani) merupakan agama samawi, dalam
pandangan Alquran keduanya adalah islam. Tegasnya nabi Musa a.s. adalah muslim
dan memperoleh tugas dari Allah Swt. Untuk menyampaikan agama Allah (islam)
kepada umatnya, begitu pula nabi Isa a.s. adalah muslim yang memperoleh amanah
Allah untuk menyampaikan wahtu/agama Allah (islam) kepada umatnya
(Anshari,1989:120). Jadi, islam adalah satu-satunya agama samawi murni,
satu-satunya agama Allah Swt.[3]
Baru saja kita simpulkan bahwa islam
adalah agama samawi satu-satunya. Kesimpulan ini diambil dari informasi wahyu
Allah Swt. Melalui ayat-ayat Alquran sebagai berikut.
Katakanlah (hai orang-orang
mukmin). Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa
yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail,Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya dan apa
yang diberikan kepada Musa dan Isa serta dan apa yang diberikan kepada
Nabi-nabi dari tuhan-Nya. Kami tidak membedakan seorang pun diantara mereka dan
kami muslim kepada-nya. (QS Al-Baqarah [2]: 136)
Selanjutnya, timbul pertanyaan apakah agama dapat
diteliti? Jawabannya adalah bahwa untuk agama hasil budaya manusia (agama ardi)
penelitian dapat dilakukan sepenuhnya, baik terhadap ajaran dan doktrin-doktrinnya
maupun terhadap bentuk pengamalannya. Sedangkan untuk agama samawi jawabannya
adalah ada bagian-bagian yang dapat dijadikan sasaran garapan penelitian, yaitu
bagian isi dari bentuk pengamalan agama, dan ada pula bagian-bagian yang
kepadanya tidak dapat dilakukan penelitian, yaitu bagian dari isi agama.
Berkaitan dengan permasalahan tersebut, H.M.Arifin
mengatakan bahwa agama sebagai elemen yang sangat penting dalam kehidupan umat
manusia sejak zaman prasejarah sampai zaman modern sekarang ini dapat dilihat
dari dua segi, yakni dari segi bentuk dan isinya. Jika kita lihat dari segi
bentuknya, agama dapat dipandang sebagai kebudayaan batin manusia yang
mengandung potensi psikologis yang mempengaruhi jalan hidup manusia. Sedangkan
bila dilihat dari isinya, agama adalah ajaran atau wahyu tuhan yang dengan
sendirinya tak dapat dikategorikan sebagai kebudayaan. Segi kedua ini hanya
berlaku bagi agama-agama samawi (wahyu), sedangkan bagi agama-agama yang
sumbernya bukan wahyu, dapat dipandang baik bentuk maupun isinya adalah
kebudayaan. Dengan demikian, yang dapat diteliti untuk agama samawi adalah
hanya bagian atau segi bentuknya yang dipandang sebagai kebudayaan batin
manusia. Sedangkan bagian kedua ang merupakan segi isinya yang merupakan wahyu
tidak termasuk garapan penelitian.
Yang kita teliti adalah bentuk pengamalan dari ajaran
agama tersebut, atau agama yang Nampak dalam perilaku penganutnya. Kita,
misalnya, dapat meneliti tingkat keimanan dan ketakwaan yang dianut oleh
masyarakat. Kita dapat meneliti apakah ajaran zakat, puasa, dan haji misalnya,
sudah dilaksanakan oleh ketentuan Allah dan Rasulnya. Selanjutnya, kita juga
dapat meneliti seberapa jauh tingkat kepedulian terhadap penanganan
maalah-masalah social sebagai panggilan ajrana agamanya. Kita juga dapat
meneliti cara-cara yang ditempuh umat islam dalam melaksanakan dakwah islamiah,
pendidikan islam, cara mengajarkan ajaran islam, pemahaman umat islam terhadap
ajaran agama serta penghayatan dan pengalamannya. Penelitian terhadap masalah-masalah
tersebut sama sekali tidak akan mengganggu atau mengubah ajaran agama yang
terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah, malah sebaliknya akan mendukung upaya-upaya
pelaksanaan ajaran Al-Qur’an dan Al-Sunnah tersebut dalam kenyataan social.
Berdasarkan uraian diatas, kita dapat sampai pada suatu
kesimpulan bahwa yang dimksud dengan telaah “Kostruksi Teori” penelitian agama
adalah suatu upaya memeriksa, mempelajari, meramalkan, dan memahami secara
seksama susunan atau bangunan dasar-dasar atau hukum dan ketentuan lainnya yang
diperlukan untuk melakukan penelitian terhadap bentuk pelaksanaan ajaran agama
sebagai dasar pertimbangan untuk mengembangkan pemahaman ajaran agama sesuai
tuntutan zaman. Bagaimana bentuk kostruksi teori penelitian agama itu, dapat dikaji
lebih lanjut dalam uraian yang terdapat pada bagian berikut ini. Namun sebelum
sampai kajian terhadap masalah tersebut, terlebih dahulu akan dikemukakan
macam-macam penelitian. Sederhananya, yang dimaksud dengan penelitian agama
adalah, pendekatan ilmiah yang diterapkan untuk menyelidiki masalah-masalah
agama. Upaya ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berguna dan dapat
dipertanggung jawabkan mengenai berbagai masalah agama dari segi bentuk pelaksanaannya.
B.
MACAM-MACAM PENELITIAN
1.
Penelitian Historis (Historical Research)
Tujuan penelitian historis adalah untuk membuat
rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi serta mensistemasikan bukti-bukti
untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Penelitian ini
memiliki ciri-ciri antara lain:
1)
Bergantung kepada daya yang diobservasi
orang lain dari pada yang diobservasi oleh peneliti sendiri;
2)
Harus tertib, ketat, sistematik dan
tuntas, dan bukan sekadar mengkoleksi informasi-informasi yang tak layak, tak
reliable dan berat sebelah;
3)
Bergantung pada data primer dan data
sekunder
4)
Harus melakukan kritik eksternal dan
kritik internal
2.
Penelitin Kasus Dan Penelitian Lapangan
Tujuan penelitian kasus dan penelitian lapangan
adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan
sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit social; individu, kelompok,
lembaga atau masyarakat. Ciri-ciri dari penelitian kasus dan penelitian
lapangan ini antara lain:
1)
Peneltian kasus adaah penelitian
mendalam mengenai unit social tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang
lengkap dan terorganisasi dengan baik mengenai unit tersebut;
2)
Dibandingkan dengan studi survei yang
cenderung meneliti sejumlah kecil variable pada unit sampel yang besar, studi
kasus cenderung untuk meneliti jumlah unit yang kecil, tetapi mengenai
variabel-variabel dan kondisi-kondisi yang besar jumlahnya.
3.Penelitian
Korelasional (Correlational Research)
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi
sejauh mana variasi-variasi pada suatu factor berkaitan dengan variasi-variasi pada
satu atau lebih factor lain berdasarkan koefisiensi korelasi. Penelitian ini
memiliki ciri-ciri antara lain:
1) Cocok
dilakukan bila variable-variabel yang diteliti rumit dan/atau tak dapat
diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat dimanipulasikan;
2) Studi
macam ini memungkimkan pengukurn beberapa variable dan saling hubungannya
secara serentak dalam keadaan realistiknya.
4.
Penelitian Kausal-Komperatif (Causal Comparative Research)
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan
hubungan sebab akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang
ada mencari kembali factor yang mungkin
menjadi penyebab melalui data tertentu. Adapun ciri dari penelitian ini
antara lain bahwa data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan
berlangsung (lewat masanya). Peneliti mengambil satu atau lebih akibat (sebagai
dependen variable) dan menguji data itu dengan menelusuri kembali ke masa lampau
untuk mencari sebab-sebab saling hubungan dan maknanya.
5.
Penelitian Eksperimental Sungguhan
Penelitian eksperimental sungguhan dilakukan untuk
menyelidikan kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada
satu atau lebih kelompok eksperimental dan memperbandingkan hasilnya dengan
satu atau lebih kelompok control yang tidak dikenal kondisi perlakuan.
Penelitian ini memiliki ciri-ciri antara lain:
1) Menuntut
pengaturan variable-variabel dan kondisi-kondisi eksperimental secara tertib ketat,
baik dengan control atau manipulasi langsung maupun dengan menggunakan
pengaturan secara acak;
2) Secara
khas menggunakan kelompok control sebagai garis dasar untuk membandingkan
dengan kelompok-kelompok yang dikenai perlakuan eksperimental.
6. Penelitian Tindakan (Action Research)
Penelitian tindakan dilakukan dengan tujuan untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan
untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung didunia kerja atau dunia
aktual yang lain. Penelitian ini memiliki ciri-ciri antara lain praktis dan
langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja; serta fleksibel dan
adaptif, membolehka perubahan-perubahan selama masa penelitian nya dan
mengorbankan control untuk kepentingan inovasi.
7.
Penelitian Survey
Dalam survei, informasi dikumpulkan dari responden denagn
menggunakan kuesioner. Umumnya pengertian survey dibatasi pada penelitian yang
datanya dikumpulkan dari sampel atau
populasi untuk mewakili seluruh populasi. Ini berbeda dengan sensus yang
informasiny dikumpulkan dari seluruh populasi. Dengan demikian penelitian
survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesionar sebagai alat pengumpulan data yang pokok.
C.
LANGKAH-LANGKAH POKOK PENYUSUN DRAFT PENELITIAN DAN PENGKAJIAN ISLAM
Langkah pokok-pokok penyusunan draft penelitian dan
pengkajian islam adalah merupakan salah satu bagian pokok dari “konstruksi
teori” penelitian agama. Langkah-langkah tersebut pada hakikatnya merupakan
kegiatan yang harus ada dalam suatu rencana penelitian. Di kalangan para ahli
dijumpai pendapat yang satu sama lainnya agak berbeda ketika mengemukakan
aspek-aspek yang harus ada dalam rencana penelitian. Mely G.tan mengatakan
bahwa suatu rencana penelitian dapat dibagi dalam delapan langkah sebagai
berikut:
1)
Pemilihan persoalan;
2)
Penentuan ruang lingkup penelitian;
3)
Pemeriksaan tulisan-tulisan yang
bersangkutan;
4)
Perumusan kerangka teoretis;
5)
Penentuan konsep-konsep;
6)
Perumusan hipotesis-hipotesis;
7)
Pemilihan metode pelaksanaan penelitian;
8)
Perencanaan sampling;
Sementara
itu, pendapat lain mengatakan bahwa unsur-unsur yang lazim diminta (harus ada)
dalam suatu rencana penelitian adalah:
1)
Judul penelitian;
2)
Penegasan masalah;
3)
Latar belakang penelitian;
4)
Tinjauan pustaka;
5)
Anggapan dasar (asumsi);
6)
Problematic penelitian atau hipotesis;
7)
Tujuan dan manfaat penelitian;
8)
Metodologi
Dalam
apliaksinya, keberadaan unsur-unsur tersebut tidak mesti harus ada seluruhnya.
Hal ini amat bergantung kepada bentuk dari macam penelitian sebagaimana telah
disebutkan di atas. Untuk rencana penelitin yang bersifat eksploratif atau
grounded research misalnya, tidak harus hipotesis atau landasan teori tertentu.
Untuk itu, seorang peneliti harus tahu persis penelitian jenis dan macam apa
yang akn dilakukannya.
Selanjutnya,
jika unur-unsur tersebut dikaitkan dengan rencana penyusunan draft penelitian
dan pengkajian agama, yang harus ada adalah:
1)
Unsur latar belakang masalah;
2)
Studi kepustakaan;
3)
Landasan teori;
4)
Metodologi penelitian;
5)
Kerangka analisis.
Kelima
unsur yang lazim digunakan dalam penelitian social itu dapat digunakn untuk
penelitian agama, karena sebagaimana dikatakan dikatakan diatas, agama dari
segi bentuk pelaksanaanya merupakan bagian dari pengetahuan social atau
merupakan bagian dari budaya manusia yang bercorak batiniah. Kelima unsur yang
mesti ada dalam penelitian agama ini selengkapnya dapat dikemukakan sebagai
berikut.
1. Latar Belakang
Masalah
Latar belakang masalah pada hakikatnya memuat pemikiran
atau alasan yang jelas dan meyakinkan mengapa penelitian itu mesti dilakukan.
Secara sederhana masalah terjadi karena adanya kesenjangan antara problema
dengan teori. Pendapat lain, seperti Taufik Abdullah, mengatakan bahwa masalah
terjadi kesenjangan antara apa yang seharusnya secara normative harus terjadi
(das sollen) dengan apa yang tampak dalam kenyataan (das sein), ada perbedaan
antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang
diperlukan dan apa yang tersedia, antar harapan dan kenyataan, dan yang sejenis
dengan itu.
Dalam kegiatan penelitian permasalahan harus ada terlebih
dahulu, karena penelitian itu adalah suatu proses yang berisi rangkaian
langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan
pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
tertentu.
Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui
penelitian selalu tersedia cukup banyak,
tinggalah si peneliti mengidentifikasikannya, memilihnya, dan merumuskannya. Masalah
tersebut selanjutnya dapat dirumuskan dalam kalimat Tanya, padat, dan jelas,
serta memberi petunjuk tentang mugkinnya mengumpulkan data guna menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam masalah itu.
2. Studi Kepustakaan
Kajian kepustakaan pada intinya dilakukan untuk
mendapatkan gambaran tentang hubungan topic penelitian yang akan diajukan
dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya
sehingga tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu dan mubazir.
3. Landasan Teori Dan
Hipotesis
Sebagaimana
telah dikemukakan pada bagian terdahulu, teori pada pokoknya merupakan
pernyataan mengenai sebab akibat atau mengenai sebab akibat atau mengenai
adanya suatu hubungan positif antara
gejala yang diteliti dari satu atau beberapa factor tertentu dalam masyarakat.
Dalam
penelitian agama misalnya, kita menjumpai teori yang mengatakan bahwa setiap
perilaku yang diperankan oleh seseorang selalu bertolak dari keyakinan agama
yang dianutnya. Dengan teori ini kita dapat menjelaskan mengapa orang berkata,
berbuat, dan melakukan suatu perbuatan bertolak dari sudut pandang keyakinan
agama yang dianutnya.
Dengan
demikian, suatu teori dalam penelitian amat berguna untuk menjelaskan,
menginterpretasi dan memahami suatu gejala atau fenomena yang dijumpai dari hasil
penelitian. Kerangka atau landasan teoretis membantu si peneliti dalm
menentukan tujuan dan arah penelitiannya dan dalam memilih konsep-konsep yang
tepat guna pembentukan hipotesis-hipotesisnya. Namun demikian, perlu dicatat
bahwa teori ini bukanlah pengetahuan yang sudah pasti, akan tetapi harus
dianggap sebagai petunjuk hipotesis.
Peranan
hipotesis (kesimpulan sementara yang harus diuji kebenarannya) ini memiliki
peranan antara lain:
1.
Memberikan tujuan yang tegas bagi
penelitian;
2.
Membantu dalam penentuan arah yang harus
ditempuh dalam pembatasan ruang lingkup penelitian dengan memilih fakta-fakta
yang harus menjadi pokok perhatian dan dengan menentukan fakta-fakta yang
relevan;
3.
Menghindarkan suatu penelitian yang tak
terarah dan tak bertujuan dan pengumpulan data yang mungkin ternyata tidak ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti.
Hipotesis
yang merupakan kesimpulan sementara yang akan digunakan untuk menjelaskan
data-data yang dihasilkan melalui
penelitian itu dibangun dari konsep-konsep atau teori-teori yang dihasilkan
melalui kajian pustaka. Di sini mulai terlihat adanya hubungan dialektis antara
konsep yang lama dengan konsep yang baru sebagai hasil atau kesimpulan dari
penelitian.
Dengan
adanya landasan teori dan hipotesis tersebut kita dapat mengetahui apakah
penelitian yang dilakukan itu dapat mengungkapkan sesuatu yang sama sekali
baru, menolak, mempertanyakan atau mengkaji ulang pemikiran atau hasil
penelitian seseorang, atau telah berhasil mengembangkan atau memperdalam
pemikiran atas hasil penelitian yang sudah ada.
4. Metodologi
Penelitian
Apabila konsep-konsep sudah ditentukan dan ditegaskan,
dan landasan teori dan hipotesis telah terbentuk, kita menuju ke tahap
pemilihan metode pelaksanaan penelitian. Metode mana yang akan dilakukan dan
dinilai paling tepat amat bergantung pada macam penelitian yang dilakukan serta
maksud dan tujuan yang ingin dicapai.
5. Kerangka Analisis
Data-data yang telah terkumpul melalui berbagai metode
tersebut selanjutnya diolah. Pertama-tama data itu diseleksi atas dasar
realibitas dan validitasnya. Data yang rendah reliabilitas dan validitasnya,
data yang kurang lengkap digugurkan atau dilengkapi dengan substitusi.
Selanjutnya, data yang telah lulus dalam seleksi itu lalu diatur dalam table,
matrik, dan lain sebagainya agar memudahkan pengolahan selanjutnya.
Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat
kritis dalam penelitian. Penelitian harus memastikan kerangka dan pola analisis
mana yang akan digunakan, apakah analisis statistik ataukah analisis
nonstatistik. Pemilihan ini tergantung kepada jenis data yang dikumpulkan.
Analisi statistic dengan data kuantitatif atau data yang di kuantifikasikan,
yaitu data dalam bentuk bilangan, sedangkan analisis nonstatistik sesuai untuk
data deskriptif atau data textuar.
Hasil analisi boleh dikatakan masih factual dan ini harus
diberi arti oleh peneliti. Hasil ini biasanya dibandingkan dengan hipotesis
penelitian, didiskusikan atau dibahas, dan akhirnya diberi kesimpulan. Seperti
telah dikemukakan sebelumnya, peneliti mengharapkan agar hipotesisnya tahan
uji, yaitu terbukti kebenarannya. Jika yang terjadi memang demikian, bahasan
itu mungkin tidak perlu dilakukan. Tetapi jika hipotesis penelitian itu
ternyata tidak tahan uji atau ditolak, peranan bahasan lalu menjadi penting,
karena peneliti harus dapat menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Peneliti wajib
mengeksplorasi segala sumber yang mungkin menjadi sebab tidak terbukti
hipotesis penelitiannya. Dengan demikian
orisinalitas penelitian dapat dipantau dari konstruksi teori yang digunakan.
D.
PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN
Pendekatan dapat diartikan sebagai suatu cara pandang
yang digunakan untuk menjelaskan suatu data yang dihasilkan dalam penelitian.
Suatu data hasil penelitian dapat menimbulkan pengertian dan gambaran yang
berbeda-beda bergantung kepada pendekatan yang digunakan.
Pendekatan kawasan(regional) dapat digunakan untuk
menjelaskan hasil penelitian tentang suatu masalah menurut wilayah di mana
masalah tersebut terjadi. Pendekatan kawasan ini biasanya banyak digunakan
untuk mengkaji islam secara komprehensif yang terdapat pada suatu wilayah atau
kawasan, sehingga antara islam yang berada pada satu kawasan dapat dibedakan
dengan islam yang ada pada kawasan lainnya.
Pendekatan perbandingan (comparative approach), yaitu
mengkaji bidang keilmuan dengan cara membandingkan berbagai pendapat atau
aliran yang ada dalam ilmu tersebut, sehingga dapat diketahui persamaan dan
perbedaannya
Pendekatan topical-tematik, yaitu mengkaji suatu masalah
dalam satu bidang ilmu pengetahuan dengan cara mengelompokkannya dalam
topic-topik tertentu atau tema-tema yang terdapat pada masing-masing disiplin
keilmuan.pendekatan ini biasanya banyak digunakan dalam mengkaji suatu
pemikiran yang bersifat normative atau ajaran.
Istilah pendekatan sering bersinggungan dengan istilah
perspektif, paradigma (cara pandang), dan sudut pandang. Berbagai disiplin ilmu
seperti sosiologi, sejarah (histori), filsafat (philosophy), kebudayaan
(cultural), antropologi, hukum (normative), politik, dan sebagainya sering pula
digunakan sebagai pendekatan.
Harun Nasution menggunakan pendekatan historis, yaitu
dengan menyatakan bahwa berbagai aliran teologi islam tersebut muncul sebagai
akibat dari pertentangan politik yang terjadi antara Ali bin Abi Thalib
(Khalifah Al-Rasyidun yang keempat) dengan Mu’awiyah sebagai Gubernur Damaskus,
ditambah dengan sebab masuknya pemikiran filsafat yunani kedalam islam.
Selanjutnya, ketika Harun Nasution membahas tentang sebab-sebab timbulnya
mazhab dalam hukum islam serta sumber-sumber hukum islam sebagai mana dijumpai
dalam karyanya berjudul islam ditinjau
dari berbagai aspeknya pada jilid II, Harus Nasution juga menggunakan
pendekatan historis, sosiologis, dan kultural.
Dipihak lain, muncul pula sosok rasyidi, mantan menteri
Agama Republik Indonesia yang pernah belajar di Prancis, yang mengkaji islam
dengan menggunakan cara pandang normative, yakni bertolak dari paradigma yang
terdapat dari apa yang dituntut oleh kandungan Al-quran dan Al-hadis. Polemic
yang terjadi antara Rasyidi dengan Harun Nasution berkenaan dengan pandangan
keagamaan masing-masing pada tahun 70-an antara lain disebabkan karena
pendekatan yang digunakan oleh keduanya berbeda.
Sementara itu Kuntowijoyo, dengan kepiawaiannya dalam
menguasai kebudayaan dan sosiologi, telah memahami islam dengan pendekatan
kebudayaan dan sosiologi. Dalam bukunya berjudul paradigm islam interpretasi untuk aksi,Kuntowijoyo telah
menggunakan keahliannya serta analisisnya yang bersifat sintetik analitik untuk
memahami Al-qur’an. Ia, mengatakan bahwa salah satu pendekatan yang patut
diperkenalkan dalam rangka mendapatkan pemahaman yang komprehensif terhadap
Alquran, adalah apa yang dinamakan pendekatan sintetik analitik. Pendekatan ini
menganggap bahwa pada dasarnya kandungan alquran itu terbagi menjadi dua
bagian. Bagian pertama berisi konsep-konsep, dan bagian kedua berisi
kisah-kisah sejarah dan amsal-amsal.
Memahami islam dengan menggunakan berbagai pendekatan
atau cara pandang disiplin suatu keilmuan adalah amat mungkin dilakukan, bahkan
harus dilakukan, karena islam dengan sumber ajaran utamanya yang terdapat dalam
alquran dan alsunnah memang bukan hanya berbicara masalah akidah, ibadah,
akhlak, dan kehidupan akhirat saja, melainkan juga berbicara tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, sejarah, social,pendidikan, politik, ekonomi,
kebudayaan, seni, dan lain sebagainya.
Dalam kajian terhadap telaah “konstruksi teori” penelitian
agama ini, terlihat bahwa penelitian agama amat mungkin dilakukan, karena di
samping agama itu banyak aspek yang dapat dikaji juga ilmu penelitian dengan
berbagai perangkat yang terkait dengannya dapat digunakan untuk meneliti agama.
Dengan penguasaan yang baik dan memadai tentang langkah-langkah pokok
penyusunan draft penelitian dan pengkajian islam yang di dalamnya memuat latar
belakang masalah, studi kepustakaan, landasan teori, metodologi penelitian, dan
kerangka analisis serta berbagai pendekatan, seorang akan memiliki kemandirian
untuk menggali dan mengembangkan ajaran islam secara komprehensif, holistic,
integrated, kontekstual, aktual dan komunikatif dengan berbagai permasalahan
yang dihadapi masyarakat. Dan dengan cara ini pula fungsi kehadiran agama islam
semakin diperlukan umat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Telaah “konstruksi teori” penelitian agama adalah
suatu upaya memeriksa, mempelajari, meramalkan, dan memahami secara saksama
susunan atau bangunan dasar-dasar atau hukum dan ketentuan lainnya yang
diperlukan untuk melakukan penelitian terhadap bentuk pelaksanaan ajaran agama
sebagai dasar pertimbangan untuk mengembangkan pemahaman ajaran agama sesuai
tuntutan zaman. Sederhananya, yang dimaksud dengan penelitian agama adalah,
pendekatan ilmiah yang diterapkan untuk menyelidiki masalah-masalah agama.
Upaya ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berguna dan dapat
dipertanggung jawabkan mengenai berbagai masalah agama dari segi bentuk
pelaksanaannya.
Pendekatan
diartikan sebagai suatu cara pandang yang digunakan untuk menjelaskan suatu
data yang dihasilkan dalam penelitian. Suatu data hasil penelitian dapat
menimbulkan pengertian dan gambaran yang berbeda-beda bergantung kepada
pendekatan yang digunakan.
Dalam kajian terhadap telaah “konstruksi teori”
penelitian agama ini, terlihat bahwa penelitian agama amat mungkin dilakukan,
karena di samping agama itu banyak aspek yang dapat dikaji juga ilmu penelitian
dengan berbagai perangkat yang terkait dengannya dapat digunakan untuk meneliti
agama. Dengan penguasaan yang baik dan memadai tentang langkah-langkah pokok
penyusunan draft penelitian dan pengkajian islam yang di dalamnya memuat latar
belakang masalah, studi kepustakaan, landasan teori, metodologi penelitian, dan
kerangka analisis serta berbagai pendekatan, seorang akan memiliki kemandirian
untuk menggali dan mengembangkan ajaran islam secara komprehensif, holistic,
integrated, kontekstual, aktual dan komunikatif dengan berbagai permasalahan
yang dihadapi masyarakat. Dan dengan cara ini pula fungsi kehadiran agama islam
semakin diperlukan umat.
DAFTAR
PUSTAKA
Nata, Abuddin. 2013. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Ali, Mohammad Daud. 2011. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Supadie, Didiek Ahmad, dkk. 2012. Pengantar Studi Islam. Jakarta: Rajawali
Pers.
[3]
Didiek Ahmad Supadie, dkk. Pengantar studi islam , (Jakarta: Rajawali Pers,
2012), cet. 2, hlm. 44
Tidak ada komentar:
Posting Komentar